Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Monday, 25 October 2010

ARTIKEL SUKU BANJAR

SUKU BANJAR

Suku Banjar merupakan suku ke-8 terbanyak di Indonesia Menurut sensus BPS tahun 2000 populasi suku Banjar diperkirakan sebagai berikut:

2.271.586 di Provinsi Kalimantan Selatan 76,34%
435.758    di Provinsi Kalimantan Tengah 24,20%
340.381    di Provinsi Kalimantan Timur 13,94%
179.380    di Provinsi Riau 3,78%
111.886    di Provinsi Sumatera Utara 0,97%
83.458      di Provinsi Jambi 3,47%
24.117      di Provinsi Kalimantan Barat
7.977        di Provinsi DKI Jakarta
5.923        di Provinsi Jawa Barat
1.726        di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 0,1%
921           di Provinsi Sumatera Selatan
                  dan lain-lain

Menurut situs "Joshua Project" jumlah suku Banjar adalah

3.207.000 di Indonesia
1.238.000 di Malaysia


Suku Banjar Memiliki sosok budaya demokratik-egaliter seperti budaya demokratik dalam kesamaan dan menanggalkan segala sifat hierarkis/paternalistik dan Memiliki budaya dagang seperti sifat egaliter, mandiri, dan dinamis.

Persoalannya kini adalah haruskah kita masih menerima gambaran karakteristik masyarakat Banjar tersebut tanpa mengkritisinya bahwa seperti pada sosok budaya demokratik-egaliter dalam berbagai kasus terjadi di masyarakat justru mempunyai “sisi lemah” sebagai sebuah stigma negatif terhadap tabiat orang Banjar.

Mengapa demikian, karena karakteristik orang Banjar yang memandang manusia memiliki kesetaraan sehingga mereka memiliki sifat dinamis dan mandiri, justru terkesan susah diatur, susah diajak disiplin, bahkan “manimpakul” atau “mailung larut”. Hal itu tercermin dari berbagai kasus yang menyangkut tata krama dalam pergaulan, berpakaian, berlalu lintas, kebersihan lingkungan, dan lain sebagainya.

Suku banjar memiliki banyak kebudayaan seperti:

a.        Keterampilan Mengolah Lahan Pasang Surut
Salah satu keahlian orang Banjar adalah mengolah lahan pasang surut menjadi kawasan budi daya pertanian dan
permukiman.Kota Banjarmasin didirikan di atas lahan pasang surut.

b.        Rumah Banjar adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain mempunyai perlambang, mempunyai penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan simetris. Rumah tradisonal Banjar adalah tipe-tipe rumah khas Banjar dengan gaya dan ukirannya sendiri mulai berkembang sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Dari sekian banyak jenis-jenis rumah Banjar, tipe Bubungan Tinggi merupakan jenis rumah Banjar yang paling dikenal dan menjadi identitas rumah adat suku Banjar.

c.        Tradisi lisan oleh Suku Banjar sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu, Arab, dan Cina. Tradisi lisan Banjar (yang kemudian hari menjadi sebuah kesenian) berkembang sekitar abad ke-18 yang di antaranya adalah Madihin dan Lamut. Madihin berasal dari bahasa Arab, yakni madah (ﻤﺪﺡ) yang artinya pujian. Madihin merupakan puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku secara khusus dalam khasanah folklor Banjar di Kalsel. Sedangkan Lamutadalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan budaya Banjar. Lamut berasal dari negeri Cina dan mulanya menggunakan bahasa Tionghoa. Namun, setelah dibawa ke Tanah Banjar oleh pedagang-pedagang Cina, maka bahasanya disesuaikan menjadi bahasa Banjar

d.        Satu-satunya seni teater tradisional yang berkembang di pulau Kalimantan adalah Mamanda. Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup.

Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan. Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).

Tokoh-tokoh ini wajib ada dalam setiap Pementasan. Agar tidak ketinggalan, tokoh-tokoh Mamanda sering pula ditambah dengan tokoh-tokoh lain seperti Raja dari Negeri Seberang, Perompak, Jin, Kompeni dan tokoh-tokoh tambahan lain guna memperkaya cerita.

Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena didalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.

e.        Salah satu kesenian berupa musik tradisional khas Suku Banjar adalah Musik Panting. Musik ini disebut Panting karena didominasi oleh alat musik yang dinamakan panting, sejenis gambus yang memakai senar (panting) maka disebut musik panting. Pada awalnya musik panting berasal dari daerah Tapin, Kalimantan Selatan. Panting merupakan alat musik yang dipetik yang berbentuk seperti gabus Arab tetapi ukurannya lebih kecil. Pada waktu dulu musik panting hanya dimainkan secara perorangan atau secara solo. Karena semakin majunya perkembangan zaman dan musik panting akan lebih menarik jika dimainkan dengan beberapa alat musik lainnya, maka musik panting sekarang ini dimainkan dengan alat-alat musik seperti babun, gong,dan biola dan pemainnya juga terdiri dari beberapa orang. Nama musik panting berasal dari nama alat musik itu sendiri, karena pada musik panting yang terkenal alat musik nya dan yang sangat berperan adalah panting, sehingga musik tersebut dinamai musik panting. Orang yang pertama kali memberi nama sebagai musik panting adalah A. SARBAINI. Dan sampai sekarang ini musik panting terkenal sebagai musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.

Selain itu, ada sebuah kesenian musik tradisional Suku Banjar, yakni Musik Kentung. Musik ini berasal dari daerah Kabupaten Banjar yaitu di desa Sungai Alat, Astambul dan kampung Bincau, Martapura. Pada masa sekarang, musik kentung ini sudah mulai langka. Masa dahulu alat musik ini dipertandingkan. Dalam pertandingan ini bukan saja pada bunyinya, tetapi juga hal-hal yang bersifat magis, seperti kalau dalam pertandingan itu alat musik ini bisa pecah atau tidak dapat berbunyi dari kepunyaan lawan bertanding.

f.         Seni Tari Banjar terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan istana (kraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari kraton ditandai dengan nama "Baksa" yang berasal dari bahasa Jawa (beksan) yang menandakan kehalusan gerak dalam tata tarinya. Tari-tari ini telah ada dari ratusan tahun yang lalu, semenjak zaman hindu, namun gerakan dan busananya telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi dewasa ini. Contohnya, gerakan-gerakan tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan adab islam mengalami sedikit perubahan.

ARTIKEL SUKU BUGIS

             Suku Bentong terletak di Propinsi Sulawesi Selatan, dengan populasi 25.000 jiwa, sementara suku Camaplagian terletak di Propinsi Sulawesi Selatan dengan populasi jiwa 30.000 jiwa, sementara suku Duri masih terletak di propinsi yang sama dengan populasi sebanyak 475 jiwa. Untuk suku Enrekang, masih di propinsi yang sama memiliki populasi 50.000 jiwa. Suku Konjo Pegunungan terletak di Propinsi Sulawesi Selatan, dengan populasi sebanyak 150.000 jiwa, untuk Konjo Pesisir jumlah populasi sebanyak 125.000 jiwa, sementara suku Luwu, mimiliki populasi 38.000 jiwa suku Maiwa memiliki pupulasi 50.000 jiwa, Suku Makassar memiliki populasi 2.240.000 jiwa, suku Mamuju berpopulasi 60.000 jiwa, suka Mandar berpopulasi 250.000 jiwa, suku Pannei berpopulasi 250.000 jiwa, suku Pannei memiliki 10.000 huwa dab suku Ulumanda memiliki 31.000 populasi,sementara suku Bugis sendiri yang masih terletak di Propinsi Sulawesi Selatan, yang memiliki populasi paling besar yaitu 3.800.000 jiwa.

                Meskipun orang Bugis tidak asing bagi berbagai pihak, termasuk pembaca novel Joseph Conrad, menurut Pelras, orang Bugis sejak berabad-abad lamanya sebenarnya merupakan suku bangsa yang paling tidak dikenal di Nusantara. Karena itu, terjadilah ironi yang lahir dari sedikit pengetahuan yang beredar mengenai mereka, sebagian besar di antaranya merupakan informasi yang keliru.

Salah satu informasi yang keliru itu ialah anggapan bahwa orang Bugis adalah pelaut sejak zaman dulu kala. Anggapan keliru ini bersumber dari banyaknya perahu Bugis yang pada abad ke-19 terlihat berlabuh di berbagai wilayah Nusantara, dari Singapura sampai Papua, dan dari bagian selatan Filipina hingga ke pantai barat laut Australia. Ada pula yang mengatakan orang Bugis pernah berhasil menyeberangi Samudra Hindia sampai Madagaskar .


Anggapan ini, menurut Pelras, adalah keliru karena ”dalam kenyataan sebenarnya orang Bugis pada dasarnya adalah petani”, sedangkan aktivitas maritim mereka baru benar-benar berkembang pada abad ke-18. Dalam hal perahu Phinisi yang terkenal dan dianggap telah berusia ratusan tahun, bentuk dan model akhirnya sebenarnya baru ditemukan antara pengujung abad ke-19 dan dekade 1930-an. Demikian pula halnya dengan predikat bajak laut yang diberikan kepada orang Bugis, sama sekali keliru dan tidak berdasar.

Walau Pelras menyangkal ciri kepelautan manusia Bugis seperti di atas, ia tetap mengakui adanya ciri-ciri khas yang melekat pada manusia Bugis. Salah satu ciri terpenting manusia Bugis ialah ”mampu mendirikan kerajaan-kerajaan yang sama sekali tidak mengandung pengaruh India”. Yang kedua ialah tanpa mendirikan kota sebagai pusat aktivitas mereka.

Di bidang kesusastraan, orang Bugis juga memiliki tradisinya sendiri, baik sastra lisan maupun tulisan. Catatan yang ditunjukkan oleh Pelras untuk hasil sastra Bugis itu ialah La Galigo. Karya sastra ini merupakan perpaduan antara sastra lisan dan tulisan dan merupakan salah satu epos sastra terbesar di dunia.

Selanjutnya sejak awal abad ke-17 setelah menganut agama Islam, orang Bugis bersama dengan Aceh, Banjar, dan lain-lain dicap sebagai orang Nusantara yang paling kuat identitas keislamannya. Malah, demikian Pelras, orang Bugis menjadikan Islam sebagai bagian integral dan esensial dari adat istiadat dan budaya mereka.

Meskipun demikian, pada saat yang sama, pelbagai peninggalan pra-Islam tetap mereka pertahankan sampai akhir abad ke-20. Salah satu di antara peninggalan pra-Islam yang paling menarik ialah bissu, yaitu sebuah kelompok yang terdiri dari pendeta-pendeta wadam yang masih menjalankan ritual perdukunan serta dianggap dapat berkomunikasi dengan dewa-dewa leluhur.

           Ciri-ciri orang Bugis yang berkaitan dengan karakternya dikenal dengan karakter kerasnya dan sangat menjunjung tinggi kehormatan. Untuk mempertahankan kehormatannya, bila perlu, mereka bersedia melakukan tindak kekerasan. Meski demikian, di balik sikap keras itu, orang Bugis juga dikenal sebagai orang yang ramah dan sangat menghargai orang lain serta sangat tinggi rasa kesetiakawanannya.

             Dalam kehidupan masyarakat Bugis, interaksi sehari-hari pada umumnya berdasarkan sistem patron-klien, yaitu sistem kelompok setia kawan antara seorang pemimpin dan pengikutnya yang kait-mengait dan menyeluruh. Namun, ikatan kelompok itu tidak melemahkan kepribadiannya. Orang Bugis memiliki sistem hierarkis yang rumit dan kaku, tetapi pada sisi lain prestise dan hasrat berkompetisi untuk mencapai kedudukan sosial amat tinggi, baik melalui jabatan maupun kekayaan, tetap merupakan pendorong utama untuk menggerakkan roda kehidupan sosial kemasyarakatan mereka.

Di dalam melihat ciri-ciri orang Bugis seperti disebut di atas, yang terlihat saling berlawanan itu, Pelras tidak melihatnya sebagai ciri yang negatif, bahkan sebaliknya, ia menyimpulkannya dengan kata-kata ”mungkin ciri khas yang saling berlawanan itulah yang membuat orang Bugis memiliki mobilitas yang sangat tinggi serta memungkinkan mereka menjadi perantau”. Di seluruh Nusantara dapat dijumpai orang Bugis yang sibuk dengan aktivitas pelayaran, perdagangan, pertanian, pembukaan lahan perkebunan di hutan, atau pekerjaan apa saja yang mereka anggap sesuai dengan kondisi ruang dan waktu.


Kebanyakan masyarakat dari Suku Bugis beragama Islam. Dari aspek budaya, suku bugis memiliki bahasa sendiri yang dikenal dengan sebutan `Bahasa Ugi`, yang memiliki tulisan huruf Bugis, yang diucapkan dengan bahasa Bugis sendiri. Huruf ini sudah ada sejak abad ke-12, ketika melebarnya pengaruh Hindu di Indonesia.

Suku Bugis ini suku yang gemar merantai. Jangan terkejut kalau mereka ada di propinsi maluku di Indonesia, baik di Jawa, Sumatera, Kalimantan, bahkan sampai ke Manca Negara, dalam hal ini Afrika Selatan.

Mungkin itu salah satu sebabnya mereka dikait-kaitkan dengan perahu pinisi, armada pelayaran rakyat, mungkin itu diambil dari salah satu kota yang pernah mereka singgahi, dalam hal ini negara Italia, dengan kotanya Venice. Suku Bugis biasanya mengabadikan nama-nama tempat yang penuh kenangan atau mempunyai kesan istimewa pada perahunya, mereka juga mengidentikan perahunya dengan sejenis ikan yang berenang sangat cepat di laut lepas. Berharap perahunya dapat berjalan/berlari secepat ikan tersebut sehingga banyak pula dari mereka yang menamakan perahunya dengan nama `Pinisi Palari`.

Salah satu kota di luar pulau Sulawesi yang dibangun oleh suku bugis adalah kota Samarinda. Daerah Samarinda terbentuk tatkala sekelompok suku Bugis dari Kerajaan Gowa datang ke Kalimantan Timur untuk mengabdikan diri pada Raja Kutai karena menentang perjanjian Bongaya dan Belanda. Kerajaan Kutai menerima kelompok penentang ini karena diperlukan untuk membantu kerajaan Kutai menentang Belanda. Mereka diijinkan bermukim di hilir Sungai Mahakam, yaitu di Samarinda Seberang, waktu kejadiannya diperkirakan pada tahun 1668.

Ada juga seorang professor yang memiliki teori yang menarik, yang mengatakan bahwa suku bugis berasal dari daerah Lampung, yang terdampar di Gowa (Sulawesi Selatan), setelah mereka lari karena diserang oleh musuh yang menurutnya datang dari India.

Suku Bugis dikenal sebagai masyarakat nelayan, mereka mencari kehidupannya dari laut, mereka mempertahankan hidup dari laut. Jadi sebagian besar masyarakat mereka adalah pelaut, jadi lagu `Nenek Moyangku Seorang Pelaut` cocok untuk mereka.

ARTIKEL SUKU DAYAK

Suku ini dapat digolongkan sebagai suku Dayak, karena mereka teguh memegang kepercayaan atau religi suku mereka. Akan tetapi religi suku ini, agak berbeda dengan suku Dayak di Kalimantan Tengah (Suku Dayak Ngaju), yang banyak menekankan ritual upacara kematian. Suku Dayak Bukit lebih menekankan upacara dalam kehidupan, seperti upacara pada proses penanaman padi atau panen, sebagaimana halnya dengan suku Kanayatn di Kalimantan Barat. Suku Dayak Bukit juga tidak mengenal tradisi ngayau yang ada zaman dahulu pada kebanyakan suku Dayak.

Upacara ritual suku Dayak Bukit, misalnya "Aruh Bawanang" yang disebut juga Aruh Ganal. Tarian ritual misalnya tari Babangsai untuk wanita dan tari Kanjar untuk pria. Suku Bukit tinggal dalam dalam rumah besar yang dinamakan balai.

Balai merupakan rumah adat untuk melaksanakan ritual pada religi suku mereka. Bentuk balai, "memusat" karena di tengah-tengah merupakan tempat altar atau panggung tempat meletakkan sesajen. Tiap balai dihuni oleh beberapa kepala keluarga, dengan posisi hunian mengelilingi altar upacara. Tiap keluarga memiliki dapur sendiri yang dinamakan umbun. Jadi bentuk balai ini, berbeda dengan rumah adat suku Dayak umumnya yang berbentuk panjang (Rumah Panjang).

Suku Dayak Bukit menganal tiga kelompok roh pemelihara kawasan pemukiman dan tempat tinggal yaitu :

Siasia Banua
Bubuhan Aing
Kariau

Siasia Banua contohnya :

Siasia Banua Kambat
Siasia Banua Pantai Batung
Siasia Banua Kambat
dan sebagainya

Bubuhan Aing (= komunitas air) contohnya :

Bubuhan Aing Muhara Indan
Bubuhan Aing Danau Bacaramin
Bubuhan Aing Maantas
dan sebagainya

Kariau contohnya :

Kariau Labuhan
Kariau Padang Batung
Kariau Mantuil
dan sebagainya

                Ciri masyarakat Suku Dayak adalah berkulit putih, bermata sipit,  hidup dengan berteladang dan berburu, sederhana. Mereka hidup di sepanjang sungai-sungai di kalimantan.

                    Suku ini dibagi dalam beberapa anak suku (kenyah, lundayeh, Ngaju, Maanyan, Kahayan, Banjar).

                Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), populasi suku Dayak Bukit di Kalimantan Selatan berjumlah 35.838 jiwa, yang terdistribusi pada beberapa kabupatendan kota, yaitu :

585       jiwa di kabupaten Tanah Laut
14.508 jiwa di kabupaten Kota Baru (termasuk Tanah Bumbu)
1.737   jiwa di kabupaten Banjar
836      jiwa di kabupaten Barito Kuala
112      jiwa di kabupaten Tapin
3.778  jiwa di kabupaten Hulu Sungai Selatan
3.368  jiwa di kabupaten Hulu Sungai Tengah
244     jiwa di kabupaten Hulu Sungai Utara (termasuk Balangan)
1.106 jiwa di kabupaten Tabalong
7.836 jiwa di kota Banjarmasin
1.728 jiwa di kota Banjarbaru

ARTIKEL SUKU BADUY

Secara geografis permukiman orang Baduy berjumlah 52 buah perkampungan, termasuk ke dalam wilayah Desa Kanekes, Kecamatan Leuwi Damar, Kabupaten Lebak. Luas Keseluruhan desa 5.108 hektare terdiri dari 3.000 ha hutan lindung, dan 2.108 ha untuk permukiman penduduk yang semuanya dihuni oleh masyarakat Baduy. Dari data statistik hasil sensus tahun 2000, penduduk Baduy berjumlah 7.317 orang terdiri dari 3.776 orang laki-laki dan 3.641 orang perempuan. Suku Baduy adalah suatu komoditas yang terdapat terpencil yang memegang teguh adat dan istiadatnya. Komunitas mereka menempati areal seluas 5.101 hektar yang tersebar di desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Banten.

Masyarakat Kanekes secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka (Permana, 2001). Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Baduy Dalam, yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampung: Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik).

Ciri khas Orang Baduy Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih. Kelompok masyarakat panamping adalah mereka yang dikenal sebagai Baduy Luar, yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Masyarakat Baduy Luar berciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam.

Sedangkan orang Baduy Luar telah mengenal teknologi, seperti peralatan elektronik, meskipun penggunaannya tetap merupakan larangan untuk setiap warga Baduy, termasuk warga Baduy Luar. Mereka menggunakan peralatan tersebut dengan cara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan pengawas dari Baduy Dalam.
Proses Pembangunan Rumah penduduk Baduy Luar telah menggunakan alat-alat bantu, seperti gergaji, palu, paku, dll, yang sebelumnya dilarang oleh adat Baduy Dalam.

Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk laki-laki), yang menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan celana jeans.

Menggunakan peralatan rumah tangga modern, seperti kasur, bantal, piring & gelas kaca & plastik.

Apabila Baduy Dalam dan Baduy Luar tinggal di wilayah Kanekes, maka “Baduy Dangka” tinggal di luar wilayah Kanekes, dan pada saat ini tinggal 2 kampung yang tersisa, yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam). Kampung Dangka tersebut berfungsi sebagai semacam buffer zone atas pengaruh dari luar (Permana, 2001).

                Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Budha, Hindu, dan Islam. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari ‘pikukuh’ (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep “tanpa perubahan apapun”, atau perubahan sesedikit mungkin:

Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung.
(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)

Tabu tersebut dalam kehidupan sehari-hari diinterpretasikan secara harafiah. Di bidang pertanian, bentuk pikukuh tersebut adalah dengan tidak mengubah kontur lahan bagi ladang, sehingga cara berladangnya sangat sederhana, tidak mengolah lahan dengan bajak, tidak membuat terasering, hanya menanam dengan tugal, yaitu sepotong bambu yang diruncingkan. Pada pembangunan rumah juga kontur permukaan tanah dibiarkan apa adanya, sehingga tiang penyangga rumah Kanekes seringkali tidak sama panjang. Perkataan dan tindakan mereka pun jujur, polos, tanpa basa-basi, bahkan dalam berdagang mereka tidak melakukan tawar-menawar.

Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. Orang Kanekes mengunjungi lokasi tersebut untuk melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan Kalima, yang pada tahun 2003 bertepatan dengan bulan Juli. Hanya puun yang merupakan ketua adat tertinggi dan beberapa anggota masyarakat terpilih saja yang mengikuti rombongan pemujaan tersebut. Di kompleks Arca Domas tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air hujan. Apabila pada saat pemujaan ditemukan batu lumpang tersebut ada dalam keadaan penuh air yang jernih, maka bagi masyarakat Kanekes itu merupakan pertanda bahwa hujan pada tahun tersebut akan banyak turun, dan panen akan berhasil baik. Sebaliknya, apabila batu lumpang kering atau berair keruh, maka merupakan pertanda kegagalan panen (Permana, 2003a).

Bagi sebagian kalangan, berkaitan dengan keteguhan masyarakatnya, kepercayaan yang dianut masyarakat adat Kanekes ini mencerminkan kepercayaan keagamaan masyarakat Sunda secara umum sebelum masuknya Islam.

Tuesday, 12 October 2010

Tugas ISD - Lanjutan Artikel Part 4

SDM TIK INDONESIA DI BAWAH SINGAPURA

                Mentri Pendidikan nasional, Bambang Sudibyo, menyatakan bahwa di Negara indonesio masih minim tenaga SDA yang melatarbelakangi bidang TIK, walaupun kebutuhan SDM TIK dalam negri sudah mencapai 40 ribu orang. Namun, “World Competitiveness Yearbook 2004” menyatakan, bahwa Indonesia bahkan berada di urutan lebih rendah dari Singapura yang berada di peringkat kedua.
                Mendiknas menegaskan bahwa bidang TIK menjadi penting, mengingat sekarang ini merupakan era globalisasi yang penuh tantangan, maka bidang TIK menjadi sarana vital.
                Mendiknas pun menjelaskan tentang kekurangan dan perbedaan infrastruktur, juga SDM, menyebabkan akses informasi ddigital di Indonesia menjadi tidak merata dan dapat menjadi kesenjangan di antara masyarakat, maka, diperlukan ide dan kreatifitas dalam bidang TIK untuk menutup kekurangan yang ada.
                Oleh karena itu, pemerintah melalui Mendiknas telah mgnupayakan pemanfaatan TIK seluas-luasnya terutama di bidang pendidikan, mereka pun menggelar program Jardiknas dan Inherent di perguruan tinggi. Untuk masalah hasilnya, diharapkan dapat menyelesaikan perbedaan ini di wilayah jawa dan luar jawa.


Tugas ISD - Lanjutan Artikel Part 3

PENGANGGURAN INDONESIA MENINGKAT PESAT DI TAHUN 2009

Peneliti dari Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI, Latif Adam, menyatakan bahwa pengangguran di Indonesia meningkat sebesar 9% di tahun 2009 dari tahun 2008 yang hanya 8,%. Kenaikan jumlah ini disebabkan menurunnya tenaga kerja di bidang industry yang mencapai 36,6% pada kuartal kedua di tahun 2008.

Banyak bidang yang mengalami penurunan, termasuk bidang ekonomi yang menunjukkan semakin melemahnya performa sector tradable (pertanian dan industry).

Latif menambahkan mengenai masalah pengangguran ini diharapkan menjadi pera=hatian semua pihak, karena pertumbuhan non-tradable yang maju pesat, sementara sector tradable semakin melemah.

Menurut data statistic periodeFebruari 2007-2008, sector non-tradable(bidang perdagangan dan kemasyarakatan), masing-masing meraup sekitar 1,25 juta orang dan 1,82 juta orang. Dibandingkan dengan sector tradable yang hanya menyerap 430 ribu orang. Inilah tanda bahwa perekonomian Indonesia mungkin perlu adanya perbaikan.

Tugas ISD - Lanjutan Artikel Part 2

HANDPHONE BERISIKO TERHADAP IBU HAMIL

Pandangan masyarakat Indonesia, wanita hamil mempunyi banyak pantangan agar kelak anaknya lahir dengan sempurna tanpa kekurangan apapun.

Mungkin dengan adanya berita ini, sebaiknya menambahkan telepon atau handphone dalam list hal-hal yang perlu dihindari selain alcohol, sushi, dan kucing. Studi penelitian terbesar kepada 13.000 anak, telah memunculkan hasil survey bahwa wanita yang menggunakan mobile phone ketika dalam keadaan hamil, kebanyakan melahirkan anak dengan beberapa masalah perilaku nantinya.

Penilitian yang dilakukan oleh UCLA dan Universitas Aarhus di Denmark, menemukan bahwa penggunaan telepon atau handphone sekitar dua hingga tiga kali sehari dapat meningkatkan risiko pada bayi menjadi hiperaktif dan mengalami kelainan sisi emosional ketika beranjak kanak-kanak.

Iluwan menyatakan akan bertanggung jawab dengan hasil penilitiannya, yang kebanyakan kurang diterima pada masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia yang selama ini hampir tidak bisa jauh dari telepon atau handphone.

Namun sebelum para calon ibu ketakutan, ilmuwan tersebut menghimbau agar berita ini dianggap sebagai perhatian dan tidak perlau dipikir berlebihan atau calon ibu dapat membatasi penggunaan telepon atau handphone sementara hingga anak mereka lahir.


Tugas ISD - Lanjutan Artikel Part 1

PEMBANGUNAN EKONOMI SEBAGAI MASALAH BUDAYA
Oleh: Juwono Sudarsono

Bagaimana membuat orang “terbebas” dari tradisi, namun tidak “tercabut” dari ikatan budaya seperti suku, agama, dan kedaerahan?

Indonesia hingga kini masih ramai memperdebatkan hubungan timbale balik antara kebudayaan dan pembangunan ekonomi. Perdebatan itu dibahas di kalangan pujangga Indonesia tahun 1930-an dan 1940.

Tradisi bertemu dengan modern dalam wacana “Modernisasi bukan Westernisasi” selama 1950-an hingga 1980-an yang dianut pakar antropologo dan sosiologi Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Pemikiran menolak “pem-Baratan” dilakukan para pemikir neo-Marxis maupun Hindu, Buddha, dan Islamis di Afrika dan Asia.

Karena besaran dan kuatnya gelombang kekuatan ekonomi serta teknologi perusahaan Amerika dan Eropa, perdebatan beranjut menjadi “humanisasi Internasional” melawan “kapitalisme global”.

Apa sebab kebudayaan penting bagi kemajuan ekonomi?

Sejarah membuktikan, letak geopolitik yang strategis tidak menjamin sebuah bangsa memanfaatkan letak itu dengan sebaik-baiknya.

Mengapa bangsa yang letak geopolitiknya kurang strategis dan miskin SDA bisa memajukan dirinya di bidang ekonomi?

Mereka menggunakan budaya disiplin nasional untuk melalukan “lompatan katak” keluar dari wilayah sendiri.

Wajar bila timbul pertanyaan mengapa Negara kaya SDA dan mineral seperti Indonesia, selalu disebut sebagai bangsa yang “penuh janji” dan “potensial”, tetapi belum mencapai hasil yang diharapkan. Para pemimpin politik di Indonesia selama berpuluh tahun agaknya hanya “penuh dengan janji” dan lebih banyak “sial” daripada “poten”nya.

Seperti yang dikatakan Soekarno, “Negara kaya SDA” ke arah “Negara SDM” yang bercipta dan berkarya dalam medan internasional, yang ditandai persaingan ketat ilmu dan teknologi.

Sewajarnya perdebatan itu berlanjut pada era “globalisasi”, yang oleh Presiden Soekarno dulu disebut sebagai “taman sari internasionalisme”. Apakah bangsa Indonesia mampu menanam budaya nasional yang berakar kuat dan menuai dari peluang-peluang taman sari global kini dan di masa depan.


Sunday, 3 October 2010

Tugas Ilmu Sosial Dasar - Artikel Tentang Ilmu Sosial Dasar








ARTIKEL ILMU SOSIAL DASAR

KINI WAKTUNYA UNTUK BERUBAH DAN BERTUMBUH
(J.H Gondowijoyo, BeritaNET.com, 23 Juni 2008 04:53:07)

Disekitar kita, banyak terjadi perubahan demi perubahan. Entah itu perubahan dalam bidang teknologi, situasi dan lingkungan, politik, ekonomi, dan lain-lain.
Menghadapi perubahan-perubahan tersebut, kita pun harus berubah dan tumbuh, jangan terjebak dalam kekayaan dan sifat-sifat tak terpuji.

Pada zaman transisi seperti sekarang ini, sangat diperlukan waktu, kesabaran dan ketekunan untuk belajar, memahami, dan menghayati, terutama dalam mengikuti perkembangan teknologi dan komunikasi demi mencapai kebebasan informasi.
Kebebasan informasi di dunia telah melahirkan suatu tradisi untuk menulis dan membaca, menukar pikiran berbagai informasi, maupun berbagi, juga menjelajahi informasi-informasi baru yang terdapat di kehidupan dan lingkungan teknologi informasi dan komunikasi.

Namun, masih sedikit sekali masyarakat Indonesia yang gemar membagikan atau menjelajahi pengetahuan, pengalaman, dan imajinasinya dalam bentuk informasi tertulis. Maka dari itu, kita perlu menganalisa ulang dan manata kembali tujuan, kebiasaan lama, dan program/sistem yang lama.

Sebagai contoh, pada saat Indonesia kalah dalam Pertandingan Thomas Cup dan Uber Cup beberapa waktu yang lalu. Dari sana kita dapat mengambil pelajarannya bahwa alangkah baiknya jika Indonesia lebih focus pada pembinaan bulu tangkis, karena sebelumnya Indonesia merupakan Negara yang berkali-kali menjuarai pertandingan bulu tangkis tingkat dunia, dan akan lebih baik lagi jika Indonesia lebih focus kepada bibit-bibit atlet bulu tangkis.
Seperti yang ada di China, terdapat satu sekolah khusus bulu tangkis yang dibiayai oleh pemerintah, serta mendapat pelatihan khusus dengan program-program khusus pula.

Bangsa Indonesia perlu banyak berdoa dan belajar untuk naik pada tingkat berikutnya dengan banyak belajar dan membaca, khususnya dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi. Disraeli pernah mengatakan bahwa pada umumnya, orang yang memiliki informasi paling banyak, akan meraih keberhasilan terbesar dalam hidupnya.

Saya berharap, bangsa Indonesia dapat belajar dari kegagalan yang mereka lakukan di masa lalu di bidang apa pun, termasuk juga belajar dari pengalaman-pengalamannya untuk menggapai masa depan yang cerah. Proses ini harus kita lalui dengan semangat juang yang tinggi serta mental seorang juara.
Kita pun perlu belajar dari guru-guru, ilmuwan, parah senior, dan para ahli bidang apapun sebagai mentor kita, lewat belajar, membaca, dan meneliti secara intensif dalam rangka percepatan untuk naik ke level berikutnya.

Oleh karena itu, bersiaplah untuk menerima tanggung jawab berikutnya, yang lebih besar dengan otoritas yang lebih besar juga, namun tetaplah rendah hati. Hikmat-Nya akan turun dan menggerakkan kita untuk lepas dan mengalir dengan kehendak-Nya tanpa batas. Sekali lagi, segala sesuatu  membutuhkan proses, masa-masa proses tersebut tidak akan berhasil secara instant untuk naik ke tingkat selanjutnya.

Sumber: http://www.beritanet.com/Life-Style/Motivational/Kini-Waktunya-Berubah-Bertumbuh.html

Tugas Ilmu Sosial Dasar - Rangkuman Bab 1

PENGERTIAN ILMU SOSIAL DASAR

Ilmu social dasar adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah social yang terjadi di masyarakat Indonesia dengan menggunakan fakta, konsep, dan teori yang ada dari bermacam-macam bidang pengetahuan di dalam lingkup ilmu-ilmu social seperti, sejarah, ekonomi, geografi social sosiologi, antropologi, dan psikologi social.


TUJUAN ILMU SOSIAL DASAR

Ilmu social dasar mempunyai tujuan di dalam pembelajarannya, yakni:

1)      Memahami dan sadar dengan adanya fakta-fakta social berserta masalah-masalah
         social yang ada di dalam masyarakat.

2)      Peka terhadap masalah-masalah social dan ikut serta dalam usaha
         menanggulanginya.

3)      Memahami dan menyadari bahwa setiap masalah sosial yang ada di dalam
         masyarakat bersifat kompleks dan hanya dapat mempelajarinya secara kritis
         interdisipliner.

4)      Memahami jalan pikiran para ahli dari bidang pengetahuan lain dan dapat
         bekerjasama dengan mereka dalam rangka menanggulangi masalah-masalah social
         yang ada.


HUBUNGAN ILMU SOSIAL DASAR DENGAN ILMU PEGETAHUAN SOSIAL

Hubungan antara ilmu social dasar dan ilmu pengetahuan social adalah bahwa,

Diantara keduanya sama-sama mengandung tentang kenyataan social dan masalah social,
Bukan disiplin ilmu yang bisa berdiri sendiri,
Dan sama-sama bahan studi untuk kepentingan program pembelajaran.

Hanya saja ISD, diajarkan untuk mahasiswa , merupakan satu mata kuliah, dan diarahkan untuk pembentukan sikap dan kepribadian, sedangkan IPS untuk sekolah umum, merupakan gabungan dari beberapa pelajaran, dan diarahkan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan kecerdasan.


RUANG LINGKUP  ILMU SOSIAL DASAR

Bahan pembelajaran ISD terbagi menjadi 3 golongan, yakni:

1)      Kenyataan-kenyataan social yang terjadi di masyarakat merupakan masalah bersama. Kenyataan-kenyataan tersebut ditanggapi secara berbeda oleh ahli ilmu social yang berbeda pula, berdasarkan sudut pandang dan latar belakang yang berbeda
      pemikirannya.

2)      Konsep-konsep social sangat diperlukan untuk mempelajari masalah-masalah social
         yang ada dan di bahas dalam IPS.

3)      Masalah-masalah social yang ada di dalam masyarakat, biasanya terkait dengan
         kenyataan kenyataan social yang ada antar satu dengan yang lain.

Berasarkan pembahasan di atas, maka ruang lingkup ISD dibagi menjadi 8 berdasarkan Konsorsium Antar Bidang, yaitu:

a)      Berbagai masalah kependudukan dan hubungannya dengan perkembangan
         masyarakat dan budaya.
b)      Masalah individu, keluarga, dan masyarakat.
c)      Masalah generasi muda dan sosialisasi.
d)      Masalah hubungan antara warga Negara dan pemerintah.
e)      Masalah pelapisan social.
f)       Masalah masyarkat perkotaan dan pedesaan.
g)      Masalah pertentangan-pertentangan social dan integrasi.
h)      Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemakmuran dan kesejahteraan
         masyarakat.