Sinopsis sebelumnya:
Fremont Clearesta, seorang penyihir berelemen air dari kediaman Clearesta, merupakan anak asuh dari kediaman tersebut. Ia pun mulai menceritakan awal mula keadaannya sebelum berada di kediaman tersebut yang ternyata adalah seorang warga pedalaman China di Desa Ling Qui dan bernama Lee Wang Xuemin, anak ketiga dari empat bersaudara keluarga Lee.
Cerita itu dimulai dari Xuemin yang sedang bermain di lapangan yang kemudian dijemput oleh kakak tertuanya, Lee Shen Ho, untuk segera pulang karena Ibunya yang hamil sedang menjalani persalinan. Namun, sesampainya di rumah, rumah yang seharusnya ramai oleh kakak kedua dan ayahnya yang sedang menunggu persalinan, tapi justru sepi seperti tanpa penghuni ...
PART 3
“BOO!!”
Shen-gege
terlihat terkejut kemudian menjaga jaraknya sedikit, “Ka ..kau . .”, ia
terlihat salah tingkah. Dan menghela nafas, lalu menghembuskannya. “Memangnya
kau tukang sirkus, apa?!”, bentaknya.
“Aww
atuutt ~ ! Shen-gege seram banget dech!”, katanya sambil menggenggam kedua
tangannya dan bertingkah layaknya cewek imut(?).
Wajah
Shen-gege terlihat sebal, “Kau . .. selain berbahaya dan menimbulkan
kesalahpahaman, juga bisa buat saus di rumah habis ..”, ia memalingkan
wajahnya.
“Ahahaha
iya iya, maaf deh. Habis seru sih lihat wajah kalian ahaha. Eh, tapi kali ini(?)
aku gak pake saus kok ..Ng? Xuemin?”, ia mengarahkan kepalanya ke arahku sambil
tetap bergelantungan.
Aku
menghampirinya, menyeret.
“BRUKK!”
Dan
kemudian menjatuhkannya.
“Aahh
.. Xue ..min ..”, ia mengusap-usap punggungnya, “ ..sebegitu ..nya kau sa ..”
“Kau
monyet ya?”
Suasana
menjadi hening.
Lee
Chyou(14), anak kedua Keluarga Lee yang sungguh sangat jauh berbeda dengan Si
anak pertama. Orangnya narsis, masocis, dan sering buat lelucon horor nan
garing. Ia menuruni bakat elemen yang sama denganku, air. Bukannya memperdalam
bakatnya, tapi ia justru lebih tidak peduli dan bermain-main, bahkan berhenti
dari pendidikan utama! Padahal bekerja pun tidak dilakukan juga!
*Masocis = Orang yang beranggapan bahwa tanda cinta berdasarkan perlakuan kasar yang didapat dari orang lain*
Haahh
.. kalau membicarakan ini, rasanya jadi ingin injak wajahnya saja deh, tapi nanti malah bikin dia senang. Sebenarnya,
bukan berarti aku membencinya sih, tapi kalau lihat dia, rasanya gak tenang
banget kalau diam saja.
“Xu-e-min!”,
Chyou-gege mendekatkan wajahnya padaku.
“Apa?”,
ketusku.
Raut
wajahnya berubah jadi seperti orang bodoh yang terlihat senang, “Bisa kau
katakan itu lagi padaku?”, ia menepuk kedua pundakku.
Dengan
refleks aku menepis tangannya dan menendangnya, kemudian berjalan menuju kamar
ibu.
“Xuemin!”
Aku
terhenti dan memalingkan wajah.
“That was The Best!”, katanya sambil
tersenyum dan mengacungkan jempol.
Merinding
dengan pernyataannya itu, aku langsung bergegas lari, Shen-gege pun
mengikutiku.
“Hey,
apa tadi tidak sedikit keterlaluan?”, bisiknya.
“Hah?
Tidak, tidak, tidak mungkin . .”, kataku sambil mengipas-ngipaskan satu
telapakku, “lihat! Dia saja terlihat senang tuh.”, aku menunjukkan jariku ke
arah Chyou-gege.
“Ng
..yah.. .”
“Zret
. .”, Ayah terlihat keluar dari kamar tempat ibu melahirkan.
“Ah,
tunggu di sini ya.”
Aku
mengangguk dan duduk di seberang pintu kamar.
Shen-gege
pun menanyakan keadaan ibu dan adik yang baru dilahirkan.
“Bagaimana
keadaannya?”, tanya Chyou-gege, kemudian ikut duduk disebelahku.
“Tidak
tau. Bukannya kau daritadi di rumah?”
“Hmm
tapi aku tidak diijinkan masuk, jadi ..”, ia memegangi dagunya dan melihat
sekeliling, lalu kembali melihatku, “sama sekali tidak tau.”, dan tersenyum
dengan bodohnya.
“Hahh?”,
aku memalingkan wajahku, “Yahh. .. gak heran sih..”
“.
. .”
“Apa?”
“Hmm?”,
wajahnya terlihat bingung, “ah! Padahal dulu kau manis sekali!”, ia langsung
memeluk dan mengusap-usap kepalaku. Namun, aku langsung mendorongnya.
“Apa sih . .”, kataku sambil
cemberut.
Beberapa menit kemudian, setelah
berbicara dengan ayah, Shen-gege menghampiri kami sedangkan ayah tersenyum pada
kami, kemudian pergi menuju dapur. “Ibu dan adik kita selamat. Tapi mereka
butuh istirahat, makanya untuk sekarang kita harus menunggu dulu.”
Mendengar
kalimat itu, kami berdua merasa lega.
“Laki-laki
atau perempuan?”, tanyaku.
“Kuharap
dia perempuan . .”, gumam Chyou-gege.
To be continue ...
0 comments:
Post a Comment