Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Monday, 7 May 2012

THE STORY OF LEE WANG XUEMIN/PART 3


Sinopsis sebelumnya:

Fremont Clearesta, seorang penyihir berelemen air dari kediaman Clearesta, merupakan anak asuh dari kediaman tersebut. Ia pun mulai menceritakan awal mula keadaannya sebelum berada di kediaman tersebut yang ternyata adalah seorang warga pedalaman China di Desa Ling Qui dan bernama Lee Wang Xuemin, anak ketiga dari empat bersaudara keluarga Lee.

Cerita itu dimulai dari Xuemin yang sedang bermain di lapangan yang kemudian dijemput oleh kakak tertuanya, Lee Shen Ho, untuk segera pulang karena Ibunya yang hamil sedang menjalani persalinan. Namun, sesampainya di rumah, rumah yang seharusnya ramai oleh kakak kedua dan ayahnya yang sedang menunggu persalinan, tapi justru sepi seperti tanpa penghuni ...

PART 3

“BOO!!”

Shen-gege terlihat terkejut kemudian menjaga jaraknya sedikit, “Ka ..kau . .”, ia terlihat salah tingkah. Dan menghela nafas, lalu menghembuskannya. “Memangnya kau tukang sirkus, apa?!”, bentaknya.

“Aww atuutt ~ ! Shen-gege seram banget dech!”, katanya sambil menggenggam kedua tangannya dan bertingkah layaknya cewek imut(?).

Wajah Shen-gege terlihat sebal, “Kau . .. selain berbahaya dan menimbulkan kesalahpahaman, juga bisa buat saus di rumah habis ..”, ia memalingkan wajahnya.

“Ahahaha iya iya, maaf deh. Habis seru sih lihat wajah kalian ahaha. Eh, tapi kali ini(?) aku gak pake saus kok ..Ng? Xuemin?”, ia mengarahkan kepalanya ke arahku sambil tetap bergelantungan.

Aku menghampirinya, menyeret.

“BRUKK!”

Dan kemudian menjatuhkannya.

“Aahh .. Xue ..min ..”, ia mengusap-usap punggungnya, “ ..sebegitu ..nya kau sa ..”

“Kau monyet ya?”

Suasana menjadi hening.

Lee Chyou(14), anak kedua Keluarga Lee yang sungguh sangat jauh berbeda dengan Si anak pertama. Orangnya narsis, masocis, dan sering buat lelucon horor nan garing. Ia menuruni bakat elemen yang sama denganku, air. Bukannya memperdalam bakatnya, tapi ia justru lebih tidak peduli dan bermain-main, bahkan berhenti dari pendidikan utama! Padahal bekerja pun tidak dilakukan juga!

*Masocis = Orang yang beranggapan bahwa tanda cinta berdasarkan perlakuan kasar yang didapat dari orang lain*

Haahh .. kalau membicarakan ini, rasanya jadi ingin injak wajahnya saja deh, tapi nanti malah bikin dia senang. Sebenarnya, bukan berarti aku membencinya sih, tapi kalau lihat dia, rasanya gak tenang banget kalau diam saja.

“Xu-e-min!”, Chyou-gege mendekatkan wajahnya padaku.

“Apa?”, ketusku.

Raut wajahnya berubah jadi seperti orang bodoh yang terlihat senang, “Bisa kau katakan itu lagi padaku?”, ia menepuk kedua pundakku.

Dengan refleks aku menepis tangannya dan menendangnya, kemudian berjalan menuju kamar ibu.

“Xuemin!”

Aku terhenti dan memalingkan wajah.

That was The Best!”, katanya sambil tersenyum dan mengacungkan jempol.

Merinding dengan pernyataannya itu, aku langsung bergegas lari, Shen-gege pun mengikutiku.

“Hey, apa tadi tidak sedikit keterlaluan?”, bisiknya.

“Hah? Tidak, tidak, tidak mungkin . .”, kataku sambil mengipas-ngipaskan satu telapakku, “lihat! Dia saja terlihat senang tuh.”, aku menunjukkan jariku ke arah Chyou-gege.

“Ng ..yah.. .”

“Zret . .”, Ayah terlihat keluar dari kamar tempat ibu melahirkan.

“Ah, tunggu di sini ya.”

Aku mengangguk dan duduk di seberang pintu kamar.

Shen-gege pun menanyakan keadaan ibu dan adik yang baru dilahirkan.

“Bagaimana keadaannya?”, tanya Chyou-gege, kemudian ikut duduk disebelahku.

“Tidak tau. Bukannya kau daritadi di rumah?”

“Hmm tapi aku tidak diijinkan masuk, jadi ..”, ia memegangi dagunya dan melihat sekeliling, lalu kembali melihatku, “sama sekali tidak tau.”, dan tersenyum dengan bodohnya.

“Hahh?”, aku memalingkan wajahku, “Yahh. .. gak heran sih..”

“. . .”

“Apa?”

“Hmm?”, wajahnya terlihat bingung, “ah! Padahal dulu kau manis sekali!”, ia langsung memeluk dan mengusap-usap kepalaku. Namun, aku langsung mendorongnya.

“Apa sih . .”, kataku sambil cemberut.

Beberapa menit kemudian, setelah berbicara dengan ayah, Shen-gege menghampiri kami sedangkan ayah tersenyum pada kami, kemudian pergi menuju dapur. “Ibu dan adik kita selamat. Tapi mereka butuh istirahat, makanya untuk sekarang kita harus menunggu dulu.”

Mendengar kalimat itu, kami berdua merasa lega.

“Laki-laki atau perempuan?”, tanyaku.

“Kuharap dia perempuan . .”, gumam Chyou-gege.

To be continue ...

0 comments:

Post a Comment