(Dari sini gue tekanin, buat yang gak niat baca; gak usah dibaca daripada jadinya misunderstanding)
"Mulai mencintai diri sendiri? Lah emang selama ini lo gak cinta diri lo sendiri?"
Itulah yang mungkin terpikirkan oleh orang-orang yang ada di sekitar gue. Sebenarnya, mungkin sekitar gue masuk SMA kali ya sampai dengan baru-baru ini, gue membenci diri gue sendiri. Bukan misal karena membenci diri sendiri trus jadi menyakiti diri sendiri, yah gue masih waras, man. Masih gak suka yang sakit-sakit. Jadi, maksud yang gue benci itu personality gue, yaitu tsundere. Sebelum gue cerita lebih lanjut, gue kasih dulu tsundere itu apa.
Btw nyari-nyari di google ternyata macamnya banyak banget ya, dari yang gue dapet gue itu masuknya ke:
Tsundere Ojou
Sifat tsundere yang muncul sebagai akibat latar belakang kehidupan dari karakter bersangkutan yang menerapkan gaya hidup superior. Karakter ini akan melibatkan sifat gengsi dan jual mahal yang memicu prilaku tsun-tsun. Pada kasus ini karakter yang bersangkutan akan mengondisikan dirinya sendiri untuk lebih sulit dijangkau... sekalipun sesungguhnya ia ingin didekati. Seringkali apa yang diutarakan atau diekspresikan berbeda dengan apa yang sebenarnya ada dalam perasaan karakter ini. (http://www.igniel.com/2009/09/derelogy-tsundere-dandere-yandere.html) -sebenarnya pengertiannya gak cuma segitu sih, tapi cukup segitu aja-
Daaaannn berdasarkan hidup gue dari kecil sampai sekarang, jarang ada yang tau tentang perasaan gue sebenarnya. Bahkan orangtua gue pun gak tau tentang ini, yang mereka tau gue tuh tukang ngomel yang isi omelannya berdasarkan egosentris belaka. Jangankan orangtua gue, orang-orang di dekat gue pun berpikir begitu. Padahal kan maksud gue buat kebaikan mereka juga.
Oke, seperti yang kalian liat dari pengertian di atas. Orang-orang dengan karakter seperti itu sulit untuk mengungkapkan perasaannya sendiri dan bila dipaksakan hasilnya akan seperti di atas, terjadinya misunderstanding.
Inilah yang gue benci dari diri gue sendiri, dulu sih sekarang udah enggak hoho
Gue juga bingung kenapa bisa punya personality kayak gitu ... mungkin karena waktu kecil yahh kehidupan superior dengan penambahan-penambahan lainnya, seperti waktu gue kecil sekitar umur 4-5 tahun, kan gue berantem ama orangtua gue(kecil-kecil dah bisa berantem), trus gue ngancem bakal pulang kampung (nb: rumah di bekasi, kampung di jogja. Mana bisaaaaa).
Kalo kebanyakan orangtua pasti bakal bilang, "Mana bisa, kamu kan masih kecil bla bla bla..". Orangtua gue mah enggak, didiemin aja. Trus gue dah bawa baju-baju yang dimasukin ke tas dan keluar dari rumah. dan baru sampe depan gang rumah, gue bingung mau kemana lagi, akhirnya jongkok di tengah jalan dan gak berapa lama kemudian Ayah gue dateng dan pura-pura gak liat gue trus gue nangis dan dibawa pulang ke rumah deh lalalala ~
Kata orangtua gue, paling jauh waktu itu gue jalan cuma sampe depan gang dan kejadian di atas gak cuma sekali, tapi berkali-kali. Berdasarkan percobaan kabur gue yang gak pernah berhasil dengan berkali-kali itu, yang berhasil itu pas gue ngancem mau tinggal ama tetangga gue, nah itu baru deh dilarang gue. Biasanya kalo dilarang dan disuruh balik ke rumah, gue langsung jual mahal gituu deh, trus menerapkan macem-macem syarat(masih kecil aja udah kayak begitu).
Trus dulu kan waktu gue kecil, tetangga-tetangga pada suka provokator ya. Contoh yang paling sering tuh, "Dewanti kan gak disayang ama Ayah dan Ibu.". Parah emang tuh tetangga, emang dari gue kecil tuh orangtua gue dua-duanya kerja, jadi suka dititipin tetangga. Nah pas itu, gue sering bilang kalo Ayah dan Ibu gak sayang ama gue, dan jawaban mereka, "Kalo Ayah dan Ibu gak sayang kamu, mana mungkin bla bla bla ...".
Sebenarnya dari hasil baca-baca gue tentang psikologi jawaban kayak gitu tuh gak boleh harusnya cukup bilang, "Ayah dan Ibu sayang kamu.". Kalo jawabannya kayak yang bla bla itu, si anak biasanya jadi gak tau sebenarnya orangtuanya itu sayang apa enggak ama dia dan akhirnya ya kayak gue ini, sulit untuk mengungkapkan perasaannya sendiri. Kalo ditanya sayang apa enggak, jawaban gue rata-rata ngeles walaupun sebenarnya gue sayang sih, cuma yaaa pride, man, prideeeee.
Nah, karena watak-watak yang kayak gitu, waktu gue SMA pernah ada yang protes tentang watak gue ini, dibilang gue cueklah, gak merhatiin dialah, apalah itu. Mulai dari situ, gue mencoba mengubah diri gue sendiri, udah maksimal nih, masih ajaaa dibilang cuek.
Maaf-maaf saja ya, gue bukan tipe orang yang suka bilang "I Love You" berkali-kali dengan kata-kata dan lebih suka bilang "I Love You" berkali-kali dengan prilaku-prilaku. Karena bagi gue, melakukan sesuatu untuk orang yang disayangi lebih mudah ketimbang berkata-kata pada orang yang disayangi. Apalagi kalo orang yang mengkritik watak gue adalah orang yang gak dekat dengan gue. Gak tau tentang gue, tapi berani kritik. Kayak dia lebih baik dari gue deh, introspeksi diri jauh lebih baik daripada mengkritik orang lain.
"Eh, kok lo kayaknya gak suka dikritik gitu ya?".
Iya, emang gue gak suka dikritik. Ini salah satu watak gue, yang namanya watak kan gak bisa diubah ya, tapi karena dulu pernah ada yang ngomong begitu ke gue, dan dia adalah orang pertama yang bilang itu ke gue. Akhirnya gue coba melakukan revolusi terhadap personality gue secara besar-besaran. Hasilnya? Memunculkan personality yang baru, yang jauh lebih lemah dari personality asli gue.
Namun, karena personality asli tuh bawaan alias gak bisa diubah. Di sini terjadi "pertentangan" dari diri gue, selalu muncul pertanyaan, "Kenapa personality yang ini gak ilang aja sih? Kenapa masih begini? dll dsb" dan dari situ muncul istilah, benci terhadap diri sendiri. Padahal, kalo gue pikir-pikir lagi sekarang, personality gue yang asli tuh lebih tegas dan berani, juga selama ini kalo gue lagi nge-down yang bikin gue semangat lagi? Personality asli gue dengan sikap yang *jujur* angkuh, pede selangit, dan gak mau kalah(walaupun gue tau ketiga sifat ini gak boleh ada di diri manusia).
Biarpun sulit untuk mengungkapkan perasaan sendiri dengan kata-kata. Toh, nobody's perfect.
Jadi intinya, mulai sekarang kalo emang ada yang gak suka dengan personality asli gue termasuk bawel atau kasarnya gue, yaudah mending jauh-jauh deh atau bisa dideket gue, tapi paling gak gue anggep deket, sedangkan yang bisa terima personality gue yang ini, yaudah gakpapa.
Oke, sekian diary sekarang, walaupun pasti masih pada bingung dengan personality yang baru tuh kayak apa. Gue udahin aja deh yaaa ...
2 comments:
Kalo Rasul itu lain lagi ceritanya.
Yaa gue juga mulai mencintai diri sendiri kok ^v^
jati diri ... berdasarkan hasil searching gue di google, sepertinya gue sudah menemukan jalurnya.
Karena pengertian tentang jati diri itu banyak :O
Post a Comment