Ibu kota Haiti, Port-au-Prince, luluh lantak dalam waktu 35 detik, setelah diguncang gempa bumi berkekuatan hingga 7 Skala Richter pada Selasa sore waktu setempat (12/1) atau Rabu dini hari WIB (13/1). Rumah sakit, hotel, sekolah, gedung, dan rumah penduduk hancur. Termasuk di antaranya: Istana Presiden, Gedung Parlemen, dan Markas Besar Misi PBB di Haiti (MINUSTAH). Awan asap tebal terlihat di udara setelah sejumlah bangunan ambruk.
Setelah itu, sebanyak 27 gempa susulan berkekuatan hingga 5,9 Skala Richter terus terjadi. Hampir tak ada sudut kota, yang berpenduduk 2 juta orang itu, yang terhindar dari kerusakan.
Dalam sekejap, jalan-jalan dipenuhi oleh deretan jenazah, korban luka, dan orang-orang yang mengungsi dari reruntuhan rumah serta gedung.
"Sejumlah penduduk berlarian ke jalan, menangis, berteriak serta menjerit ketakutan," kata Karel Zelenka, Direktur Catholic Relief Services (CRS) di Haiti. "Mereka melihat betapa dahsyatnya kerusakan yang ditimbulkan, tetapi tidak berdaya menyelamatkan begitu banyak orang yang tertimbun di bawah puing-puing bangunan."
"Menjelang malam, seluruh kota gelap," tambah Rachmani Domersant, manajer operasi badan amal Food for the Poor. "Ribuan orang duduk di tepi jalan dan tidak tahu harus ke mana. Banyak juga yang mencoba menggali reruntuhan hanya dengan berbekal senter."
Gempa Terkuat Dalam Dua Abad
Data Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebutkan, pusat gempa berada 15 kilometer sebelah barat Port-au-Prince, dengan kedalaman hanya 8 kilometer di darat. Inilah gempa terkuat yang mengguncang Haiti setelah lebih dari 200 tahun.
Ahli geofisika Kristin Marano mengatakan, gempa dahsyat terakhir yang mengguncang lokasi Haiti sekarang terjadi tahun 1770. Guncangan terasa hingga ke Republik Dominika, tetangga Haiti, dan Kuba yang berjarak 320 kilometer.
Korban Jiwa dan Kerugian
Duta Besar Haiti untuk Amerika Serikat Raymond Joseph dalam konferensi pers di Washington, AS mengatakan, terlalu dini untuk mengetahui korban dan kerugian akibat bencana itu. Putusnya sarana komunikasi dan hancurnya sarana-sarana lain, menyulitkan berbagai pihak dalam pencarian dan penghitungan korban. Secara ‘kasar', diperkirakan ada tiga juta orang yang terkena dampak gempa bumi dengan korban tewas mencapai setengah juta orang.
Keadaan Haiti secara umum, dikhawatirkan bisa menghambat proses penyelamatan dan pemulihan. Asal tahu saja, Haiti adalah negara termiskin di belahan bumi Barat. Sebanyak 70 persen dari 10 juta penduduk Haiti hidup dengan uang kurang dari 2 dollar AS (Rp 19.000) per hari. Separuh dari penduduknya pun menganggur.
Mari berdoa dan berharap, agar keadaan di Haiti bisa semakin stabil dan membaik. Bantuan sudah mulai berdatangan-baik dari lembaga-lembaga internasional (PBB, Palang Merah, dan lainnya) hingga Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Italia, Perancis, Jepang, dan negara-negara Amerika Latin lain. Pemerintah Indonesia sendiri, sudah berencana untuk segera mengirim bantuan medis dan obat-obatan.
Komentar Saya:
Saya hanya bisa berkata untuk sabar dan mendoakan agar segera pulih kembali negara tersebut. Apalagi negara Haiti termasuk negara miskin. Butuh waktu lama untuk bangkit kembali. Sangat diperlukan pengawasan dan pencari tahuan tentang gempa tersebut melalui relawan-relawan dari negara lain.
0 comments:
Post a Comment